Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Tongkat Syekh H Abdul Majid Guguk Salo Lenyap Saat Ziarah di Maqam Rasulullah Saw

Semasa mengaji di Tanjung Bonai di surau Syek H Bustami, Syekh Abdul Majid suatu hari dalam perjalanan di pertengahan Bukit Marapalam diberi tongkat oleh orang tidak dikenal dan tongkat tersebut juga dibawa Abdul Majid waktu pergi ke Tanah Suci-- Dunia Hukum

Disusun oleh: Buya H. Ramli; M. Nur Engku Muda; Almanar HAM

Begitu selesai menunaikan Ibadah Haji yang dimulai dengat ihram di Yalamlan, kemudian uquf di Arafah tanggal zulhijah, bermalam di Muzdalifat, di Mina, melempar Jumrah, kemudian thawaf di Ka’bah, sa”I antara Shafa dan Marwa, lalu bercukur  (taballul). Selanjutnya dilaksanakan pula Umrah, yang dimulai pula dengan  yang  dimulai pula dengan niat, ihram, thawaf, sa’I dan bercukur.

Maka kini tibalah saatnya untuk pergi ziarah ke Madinatul Munawwarah, tepatnya ziarah ke Maqam Rasullah Saw. Sebelum memasuki Kota Madinah terlebih dahulu memohon da’a. Do’a dipimpin  sendiri oleh Syekh Bustami (guru dari Abdul Majid). Dan selanjutnya member salam kepada Rasulullah Saw.

Sebelum memberi salam kepada Rasulullah Saw itu  terlebih dahulu masuk Masjid Nabawy melalui Baabussalam dengan membaca  do’a  terlebih dahulu.

Do’a masuk Masjid Nabawy  itu juga dipimpin oleh Syekh Haji Bustami  dan para pengikut   juga membacanya  sekaligus mengaminkannya.

Pada saat memberi salam kepada Rasulullah Saw dan di iringi dengan do’a, kemudian menyapukan tangan kemuka, waktu itulah tongkat yang tadinya dipegang dengan rapat Abdull Majid , kini tongkat tersebut telah hilang entah kemana. Syekh H Bustami dan kawan-kawan yang lainnya juga heran, Abdul Majid sendiri pun heran. Akan tetapi tak lama kemudian barulah Abdul Majid teringat dengan amanah dari orang yang memberikan tongkat itu di Bukit Marapalam dahulunya. Amanah tersebut berbunyi;”Wahai Pakih!. Ini tongkat untuk kamu pakai dan tongkat ini akan diambil kembali di Madinatul Munawwarah”.

Begitulah bunyi alamah dari orang yang memberikan tongkat itu dulu dan kini tiba saatnya untuk dimbil oleh yang punya. Wallaahu a’lam bis showaab. (*) Bersambung  I  kisah sebelumnya.

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar