Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Kisah Sorban Syekh H. Abdul Majid

Dalam beberapa tulisan  di blog ini tentang perjalanan hidup Syekh Abdul Majid  ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Abdul Majid kecil yang dilahirkan di Guguk Salo Kenagarian Lawang Mandahiling tahun 1885 pergi menuntut ilmu ke Lintau dan berguru pada Syekh H. Bustami. Semasa beguru di Lintau ia diajak gurunya Syekh H.Bustami naik haji ke Mekah tahun 1894. Kemudian setelah kembali ke Guguak Salo dan mendirikan surau,  Syek H Abdul Majid kembali menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya tahun 1911 dan itu pun masih dizaman transportasi sulit. Saat menunaikan ibadah haji kedua itu, Syekh Abdul Majid sekaligus belajar di Mekah dua tahun lamanya. Dan tahun 1922 kembali menunaikan ibadah haji ke Mekah dan memimpin rombongan.

Setelah mendirikan surau Guguk Salo tahun 1020-an, banyak murid berdatangan ke Surau Guguk Salo dengan macam-cam tujuan, utamanya tentu menuntut ilmu agama dan berlajar kita. Syekh H  Abdul Majid  yang pada saat itu menjadi Iman Masjid Tagwa lawang, juga membuka suluk di Surau Guguk Salo.  Ada banyak kisah yang dilalui Syek H Abdul Malik baik semasa menuntut ilmu maupun setelah mendirikan Surau Guguk Salo, satu kisah lainnya selain yang telah diungkapkan dalam tulisan sebelumnya,  ada kisah menarik dari sorban Syekh H Abdul Majid  sebagaimana diceritakan Emi Malin seorang kemenakan Syekh H Abudl Majid beberapa waktu yang lalu.

Emi Malin menceritakan, bahwa bebera tahun setelah Syek H Abdul Majid meninggal  dilakukan renovasi terhadap Surau Guguk Salo. Sewaktu hendak melakukan renovasi Surau Guguk Salo,  ada satu kamar yang selama ini  didiami Syek H. Abdul Majid. Dalam  bilik (kamar)  itu tersimpan segala alat peragat Syek H Abdul Majid , seperti tikar sholat sampai pada sorban yang dipakai Syek H Abdul Majid semasa hidup.  Oleh karena  Surau Guguk Salo akan di renovasi, maka seluruh barang alat peragat Syekh H. Abdul Majid yang ada dalam kamar  di  surau tersebut dibawa atau dipindahkan oleh anak Syek H. Abdul Majid kerumah  keluarga dan tidak terkecuali dengan sorban yang dipakai Syek H Abdul Majid juga dibawa oleh anak beliau kerumahnya.

Selang beberapa lama setelah surau Guguk Salo  selesai di renovasi, di atas meja dalam Surau  Guguk Salo, sorban yang dulunya dipakai Syekh H Abdul Majid semasa hidup yang sudah dipindahkan kerumah keluarga, tetapi kemudian dalam Surau Guguk Salo  ditemukan sorban almarhum Syekh H Abdul Majid tergeletak di atas meja. Padahal sebelumnya sudah dipindahkan kerumah keluarga.  Tidak ada yang tahu mengapa  sorban itu sampai ada di atas meja dalam surau Guguk Salo itu, demkian pula dengan anak-anak Syek Abdul Majid yang mengemasi barang-barang  Syek H.Abdul Majid sewaktu surau Guguk Salo akan direnovasi. Sampai sekarang menurut Emi Malin, peristiwa sorban almarhum Syekh H Abdul Majid itu masih menyisakan tanya dalam hati , terutama bagi anak kemenakan beliau dan  orang-orang disekitar Surau Guguk Salo .

Setelah peristiwa  ditemukan sorban Syekh H. Abdul Majid  tergeletak di atas meja Surau Guguk maka sejak saat itu sorban tersebut  disimpan oleh anak kemenakan beliau dan diletakkan dalam sebuah kotak kaca. Sorban peninggalan Syekh H Abdul Majid itu tampak masih terawatt dengan baik dan lilitan sorban yang melingkari kupiah (peci) Arab itu  masih terlihat utuh dan  rapi.
Makam Syekh H Abdul Majid

SyekhAbdul Majid yang dilahirkan tahun 1873 di Guguk Salo meninggal pada tahun 1958  dan dimakamkan di samping Surau Guguk Salo.  Makam Syek H Abdul Majid berada dalam sebuah bangunan dan juga ada makam istrinya. Makam Syekh H Abdul Majid selalu di ziarahi murid-muridnya maupun murid-murid dari murid Syekh Abdul Majid dari berbagai daerah di Indonesia dan dari negara tetangga.

Semasa hidup, selain mengajarkan agama Islam dan mengajar kitab serta dan membuka suluk di Surau Guguk Salo, Syekh H. Abdul Majid  semasa hidupnya beberapa kali melakukan perbaikan atas surau Guguk Salo, terakhir tahun 1950-an, dimana surau Guguk salo dibangun bertingkat  dua dari bahan kayu. Surau guguk salo sekarang adalah hasil renovasi dari murid-muridnya dan keluarga setelah Syekh H. Abdul Majid meninggal dunia. Peristiwa sorban itu terjadi setelah surau Guguk salo direnovasi dari bangunan kayu ke bangunan seperti sekarang.  *  Boy Yendra Tamin

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar